Jumat, 17 Februari 2017

Menculik Diana - Part 4 (Inspired by Diana Wardhani)

Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan mengenai nama tokoh, latar, maupun hal apapun dalam cerita ini hanyalah kebetulan semata.


Waktu menunjukkan pukul 03.45 pagi. Kami berdua terbangun setelah asyik tidur nyenyak bersama dalam satu ranjang. Sebelum menunaikan sholat Shubuh beberapa menit kemudian, kami mandi besar secara bergantian untuk menghilangkan hadats besar setelah kami berdua asyik berhubungan intim layaknya sepasang suami istri. Setelah mandi besar dan mengambil wudlu, kami pun melaksanakan sholat Shubuh secara berjamaah di dalam kamar.

Sehabis sholat Shubuh, kami pun membaca Al-Qur'an selama 15 menit, kemudian kami keluar kamar untuk melakukan olahraga ringan untuk mengawali pagi hari kami. Tidak lupa kami mengambil kupon untuk sarapan pagi di sebuah cafe yang tersedia di sekitar villa.

Saat kami duduk berdua di cafe sebelum sarapan, kami sempat berbincang-bincang mengenai kejadian semalam.

"Sayang, gimana kemarin waktu kita main bareng di kamar?" tanyaku.
"Diana kepengen lagi nih, yang jelas kepengennya sama kamu aja, bukan sama yang lain." dia menjawab pertanyaanku.
"Tapi kalau kita belum ijab qabul, jangan waktu di masa subur Diana yah sama kalau lagi haid. Kebetulan aku nggak di masa subur, jadi kita aman deh." tambahnya.
"Kamu memang pintar sekali, sayangku. Eh abis kita keluar dari villa ini, boleh nggak aku ketemu sama orang tuamu? Aku pengen banget jadi pendamping hidup kamu, biar kita bisa lebih puas main-mainnya seperti semalam." kataku.
"Boleh kok, kan kamu yang bawain aku ke sini. Iya kan?" balasnya.
"Iya dong." jawabku.

Mendengar jawaban dari Diana, batinku terasa semakin kegirangan. Kami pun langsung sarapan pagi di sebuah cafe, kemudian kami kembali ke kamar untuk mandi kembali dan packing barang-barang bawaan sebelum check-out. Tidak lupa pula aku juga tetap mengikuti informasi terbaru dari televisi yang disediakan di kamar.

Tepat pukul 10.30, kami berdua keluar dari kamar 212 dan melakukan check-out. Kami berdua langsung menuju rumah Diana yang memakan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam dari villa. Sesampainya di rumah Diana, aku pun langsung menemui kedua orang tuanya setelah orang tuanya membukakan pintu.

Kedua orang tua Diana sangat berterimakasih kepadaku, yang sudah menjaga anak dari mereka selama pergi berdua. Aku pun berbincang-bincang dengan kedua orang tua Diana, sekaligus sebagai proses untuk lamaran.

"Rizqi, apa kamu pengen melamar anak saya? Apa kamu siap bertanggung jawab untuk masa depan Diana?" tanya ayah Diana.
"Ya, saya ingin menjadi pendamping hidup Diana yang sah. Ini saya berikan mahar berupa sebuah cincin berlian untuk menikahinya. Dan saya siap bertanggung jawab apapun yang terjadi." jawabku dengan penuh hormat.
"Baiklah, saya tanyakan dulu ke Diana." beliau menanggapi.

Ayah Diana pun langsung memanggil Diana untuk memberikan kepastian hubunganku dengan Diana.

"Diana, Papa mau tanya sama kamu, nak. Kamu bener udah siap menikah sekarang?" tanya Ayah Diana kepada Diana.
"Diana siap Pa, dia sudah siap buat tanggung jawab buat masa depan Diana. Dia cowok yang baik kok, rajin ibadah, juga kreatif dan kerja keras." jawab Diana kepada ayahnya.

Akhirnya lamaranku diterima. Dalam seminggu, aku pun segera mengurus administrasi di KUA terdekat dan mendaftarkan rencana pernikahanku dengan Diana. Restu orang tuaku juga sudah ku kantongi sehingga rencanaku berjalan dengan lancar.

Tepat seminggu setelah lamaran, hari akad nikah pun tiba. Aku dan Diana pun sangat bahagia menyambut momen ini, meski diriku masih terasa gugup untuk mengucapkan sebuah janji suci. Namun aku harus melakukannya agar hubunganku dengan Diana benar-benar sah di mata agama dan administrasi negara. Dan saat proses akad pun tiba, aku pun mulai menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penghulu sebelum aku membacakan janji suci.

"Coba saya cek identitasmu, apakah benar kamu Rizqi Arie Harnoko?" tanya penghulu.
"Ya." jawabku.
"Apakah benar Diana Kusuma Wardhani adalah calon pasanganmu, yang siap kamu nikahi?" ucap penghulu lagi.
"Ya, benar." jawabku tegas.
"Apakah kalian berdua siap untuk menjalani bahtera rumah tangga bersama? Apakah Anda sebagai seorang calon suami siap untuk menafkahi calon istri Anda?" tanya beliau lagi.
"Saya bersedia untuk menjalani bahtera rumah tangga ini bersama Diana, dan saya siap untuk menafkahinya dengan halal." jawabku.
"Baiklah, sekarang kita mulai ijab qabulnya." kata penghulu.

Aku pun mulai mengikuti arahan penghulu untuk masuk ke inti akad nikah.

"Saya nikahkan, Rizqi Arie Harnoko bin ******* dengan Diana Kusuma Wardhani binti ****** dengan maskawin berupa cincin berlian dibayar tunai." ucap penghulu.
"Saya terima nikahnya Diana Kusuma Wardhani binti ****** dengan maskawin berupa cincin berlian dibayar tunai." ucapku.

Akhirnya kami berdua resmi menjadi sepasang suami istri. Setelah prosesi akad nikah usai, kami pun langsung menggelar tasyakuran sederhana bersama keluarga besarku dan juga keluarga besar Diana. Keluarga besar kami pun makan bersama di rumah yang sudah kubeli untuk tempat tinggal kami berdua. Tidak ketinggalan pula Fauzan dan Vanda, dua orang temanku sesama admin fanbase yang berbeda bersama kesayangan mereka masing-masing ikut menghadiri tasyakuran ini.

"Selamat ya buat kalian berdua." kata Ryanka.
"Semoga jadi keluarga yang samawa. Akur terus yaa." kata Ledi.
"Akhirnya bro, impian elu jadi beneran. Dasar loo emang pinter yee, kelas kakap. Hehehehe." ucap Fauzan sambil menyalami tanganku.
"Langgeng terus yaa min sama Diana, minceu doain semoga cepet dapet momongan." celoteh Vanda.

Kami berdua menyalami mereka berempat satu-persatu. Lalu Diana memberikan ucapan terima kasih kepada mereka berempat yang sudah hadir di tasyakuran pernikahan kami.

"Makasih banget, kalian udah ikut doain Diana sama Mas Rizqi. Gak nyangka yaa dari yang dulunya cuma ngobrol-ngobrol di dunia maya, eh taunya jodoh." kata Diana.
"Sama-sama Kak, jangan sering berantem yaa, yang nurut sama Mas Rizqi." ujar Vanda.

Kami berdua pun melambaikan tangan dengan mereka berempat.

== TO BE CONTINUED ==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar